DPR Minta Pemerintah Kembali Prioritaskan Program KB
Wakil ketua DPR Priyo Budi Santoso mengatakan program keluarga berencana dan pembangunan keperempuanan harus kembali diprioritaskan dan menjadi program utama Pemerintah saat ini.
Selain itu, Priyo mengharapkan, DPR juga harus memfokuskan titik sentrum perhatiannya terhadap program perempuan yang selama ini terabaikan.
"DPR merasa gusar dalam 10 tahun terakhir perkembangan pembangunan berkelanjutan khususnya perlindungan terhadap perempuan kurang diprioritaskan, dahulu pada era Orba, Indonesia mendapatkan award internasional sebagai pelopor program keluarga berencana nasional, bahkan selama dekade dapat dikurangi sampai rentangan 100 juta jiwa,"jelas Priyo saat menerima Parlemen Uni Eropa yang dipimpin oleh anggota parlemen dari Austria Petra Bayr, di Gedung Nusantara III, Senin, (22/8).
Menurutnya, kelalaian itu disebabkan, Indonesia masih membangun tatanan politik baru di tanah air. Saat ini pada era reformasi demokrasi Indonesia sudah mendekati demokrasi ala Yunani kuno.
Amerika Serikat, paparnya, yang disebut sebagai kampiun demokrasi telah dikalahkan oleh Indonesia. Saat ini, bangsa Indonesia telah menjalankan praktek demokrasi paling demokratis sedunia. Mulai dari Presiden, wakil rakyat, Gubernur, Bupati, Walikota bahkan kepala desa melakukan Pemilu langsung (one man one vote)
Sementara anggota DPR Okky asokawati dari PPP mengatakan, DPR telah memberikan perhatian penuh di bidang kesehatan reproduksi dengan menambah 1 bab yang terdiri dari beberapa pasal. Sementara pada tahun 2009 pasal tentang reproduksi hanya 1 pasal saja.
Terkait bidan, jelasnya, memang banyak perempuan di Indonesia yang lahir tanpa dibantu oleh tenaga kesehatan yang memiliki sertifikasi yaitu dengan bantuan dukun. Hal itu berakibat meningkatnya kematian ibu dan bayi di pedesaan.
Pemerintah, paparnya, telah mengeluarkan kebijakan baru Jampersal, yang bertujuan meningkatkan potensi kelahiran bayi dan keselamatan ibu . "Saat ini banyak juga dukun yg biasanya mengurus kelahiran bekerjasama dengan bidan. Perempuan yg biasa dengan dukun, secara psikologis mengalami kegamangan karena itu diharapkan semakin terbiasa dengan tenaga kesehatan yang ada," paparnya. (si) foto:as/parle